Hubungan antara kapitalis dan buruh
yaitu kapitalis memiliki modal atau bisa disebut dengan pemilik modal,
sedangkan buruh hanya memiliki tenaga, pemikiran kapitalis yaitu “bagaimana
modal yang dimilikinya dapat berkembang dan memiliki nilai atau keuntungan”
yaitu dengan memperkerjakan kaum
buruh, sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh kaum buruh dengan tangan
kecil dan kotornya dapat dijual dipasaran dengan harga yang tinggi,namun harga
tingi tersebut tidak sesuai dengan upah yang diterima buruh, sebagai contoh :
seorang buruh di upah Rap 3000,00 setiap sepasang sepatu yang dihasilkanya,
namun ketika hasil dari buruh yang berupa sepatu tersebut di jual ke “Pasar”
maka harga sepatu tersebut berkisar Rp 200.000. Maka terjadi selisih antara
upah buruh dengan hasil dari keringat buruh yang dijual oleh sang kapitalis
sebesar Rp 197.000 , itulah yang dimaksud dengan teori “surplus value” . yang
terjadi ialah terjadi jurang kemiskinan antara buruh dan kapitalis, semakin rendah buruh maka penghisapan
terhadap keringat buruh tersebut semakin besar, serta keuntungan yang dimiliki
oleh sang kapitalis akan semakin besar pula. Sang kapitalis bahkan dapat
menyebarluaskan perusahaanya ke daerah lain untuk menghisap buruh-buruh di
daerah yang di singgahinya.
Teori Nilai Lebih Karl Max
Karl Marx dilahirkan di Trier
Jerman, daerah Rhine tahun 1818. Berasal dari keluarga borjuis dan
berpendidikan. Pada usia 18 Marx belajar hukum di universitas Bonn, kemudian
pindah ke Universitas Berlin. Disana, sewaktu Marx masih muda, begitu terkesima
dengan filsafat Hegel, dimana ketika itu arus besar pengikut Hegel begitu
meluas. Padangan Hegel yang terkenal Idealistik, dimana dia percaya bahwa
kekuatan yang mendorong perubahan sejarah adalah munculnya ide-ide dengan mana
roh akal budi menjadi lebih lengkap manifestasinya.
Gagasan Marx dalam hal ini
selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu
pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam
hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh
tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Ketika Marx hidup waktu Di Eropa
sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas
ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan
mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif
dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga
menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin
teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul
Pada mulanya, Marx membahas proses
kerja, suatu kegiatan produksi nilai-pakai. Kerja adalah syarat eksistensi
manusia yang abadi dan alamiah . marx menyatakan bahwa tujuan berproduksi
adalah sebagian dari “sifat alamiah manusia” pada para pekerja menderita
‘penyimpangan’ di dalam sistem kapitalis, sebab tujuan kerjanya dipaksakan atas
mereka. Kerja produksi mereka lebih merupakan bukan keinginan mereka sendiri
Tenaga kerja yang telah
dipergunakan sebagai kerja yang sesungguhnya, menciptakan nilai baru dan nilai
lebih. Bagian dari kapital yang telah dikeluarkan lebuh dulu untuk membeli
tenaga-kerja, bertambah besar nilainya selama dalam proses- produksi, sehingga
Marx menamakan kapital variabel (berubah). Variabel di sini tidak ada
hubungannya dengan perubahan-perubahan dari satu siklus (daur) produksi
selanjutnya. Tahapan ini membahas apa yang terjadi pada nilai kapital
pendahulunya selama satu kali proses-produksi.
Membahas waktu-kerja seorang
pekerja, Marx membaginya menjadi dua bagian, dinyatakan dengan V dan S. Lamanya
kerja di mana pekerja menghasilkan nilai baru adalah sama dengan apa yang ia
terima sebagai nilai baru adalah sama dengan apa yang ia terima sebagai nilai
dari tenaga kerja. Marx menamakan kerja-wajib (necessary-labour). Selebihnya ia
namakan, kerja-lebih (surplus-labour). Jadi jelas bahwa rasio dari kerja-lebih
dengan kerja, sama dengan s/v. Dan itulah rate dari teori nilai-lebih.
Teori Nilai Tambah Haller dan Stolowy
Definisi Dari - Nilai tambah (value
added) adalah selisih penjualan dan biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku dan
pembelian material pendukung. Lalu apa maksud dengan nilai tambah sesunggguhnya
baik itu secara umum dan menurut para ahli, karena sesuatu yang memiliki nilai
tambah (VA) adalah nilai Standard.
Menurut Haller dan Stolowy (1995)
Value Added (VA) atau Nilai Tambah adalah pengukuran performance entitas
ekonomi yang memiliki sejarah panjang pada aplikasinya dalam ilmu ekonomi. Arti
nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu perusahaan atau
suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari penjualan output
tersebut, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah, komponen-komponen atau jasa-jasa
yang dibeli untuk memproduksi komponen tersebut.
Nilai tambah adalah nilai yang
ditambahkan oleh suatu perusahaan ke bahan-bahan dan jasa-jasa yang dibelinya
melalui produksi dan usaha-usaha pemasarannya. Nilai tambah diketahui dengan
melihat selisih antara nilai output dengan nilai input suatu industri.
Value added (VA) merupakan konsep
utama pengukuran income suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar
pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan penghitungan
pendapatan nasional yang diukur dengan performance produktif dari ekonomi nasional
yang biasanya dinamakan Produk Nasional atau Produk Domestik.
Return on value added (ROVA) adalah
salah satu alat ukur yang membagi laba bersih sebelum pajak dengan nilai tambah
dan mengubah hasil yang diperoleh ke dalam bentuk prosentase.
Nilai tambah ekonomi adalah nilai
tambah yang dapat diukur dengan cara moneter, sedangkan nilai mental dan
spiritual tidak dapat diukur dengan cara demikian. Dalam arti utuh, nilai
tambah syar’ah meliputi semua nilai tambah (ekonomi, mental, spiritual) yang
dibutuhkan, diproses dan didistribusikan secara halal. Dalam proses pengolahan
nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan
nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja.
Teori ekonomi Klasik Adam smith
Adam Smith dikenal sebagi pencetus
pertama mengenai free-market capitalist, kebijksanaan laissez-faire sekaligus
merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The Wealth of Nation” adalah buku
terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide ekonomi yang sekarang
dikenal sebagai ekonomi klasik. Inspirasi dari buku ini tidak lain berasal dari
gurunya sewaktu menuntut ilmu di Universitas Glasgow yakni Francis Hutcheson
dan teman kuliahnya David Hume (Becker, 2007). Tulisan Smith juga terdiri dari
penjelasan menyeluruh megenai berbagai tulisan merkantilis dan fisokrat yang
disentiskannya dengan baik menjadi satu bahan kajian ekonomi.
Perbedaan pendapat antaara Smith
dan kamu merkantilis salah satunya mengenai faktor yang menentukan kemakmuran,
dimana kaum merkantilis percaya bahwa alamlah yang menentukan tingkat
kemakmuran. Sedangkan menurut Smith, penentuan tingkat kemakmuran adalah
kemampuan manusia sendiri sebagai faktor produksi. Pembahasan Smith lebih
banyak bersifat mikro dengan penekanan pada penentuan harga yang dilakukan
dengan pendekakatan deduktif beserta dengan penjelasan historisnya. Smith
berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus utamanya adalah
peningkatan individu melalui kesederhanaan dan prilaku yang baik, menabung dan
berinvestasi, perdagangan dan divisi kerja, pendidikan dan pembentukan kapital,
serta pembuatan teknologi baru. Beliau lebih tertarik untuk meningkatkan
kemakmuran ketimbang membagi-bagi kemakmuran (Becker, 2007).
Teori Sosial Max Weber
Max
weber sangat konsisten
dengan ilmu-ilmu yang
diterapkannya, ini terlihat dari
metode-metode ilmiahnya yang ia
kemukakan. Dari objek dan
metode mengenai tindakan sosial, Verstehen,
tipe ideal, dan yang akan
di bahas dalam artikel
ini yaitu mengenai
bebas nilai. Sebelum membahas
masalah pokok mengenai
bebas nilai menurut
weber saya akan
terlebih dahulu membahas
mengenai tentang tindakan
sosial, verstehen, dan
tipe ideal menurut
weber.
Mengenai teori
objek dan metode
sosial ini weber
punya pandagan tersendiri,
berbeda dengan pendapat Durkheim
yang mengatakan bahwa
objek sosiologi adalah
fakta sosial. Weber
berpendapat bahwa objek
sosiologi adalah tindakan
sosial. Menurut nya,
tindakan manusia yang berhubungan
dengan sesuatu secara
subyektif dan memiliki
maksud dan makna tertentu.
Jadi yang termasuk
ketegori tindakan sosial
bukanlah tindakan objek-objek
bukan manusia, seperti
bertukang kayu atau
tindakan bathiniah seperti
meditasi. Tindakan sosial selalu
merupakan kegiatan individu
dan tidak pernah
merupakan kegiatan
kelompok-kelompok seperti gereja, negara,
perkumpulan perusahaan dan
sebagainya.
Kemudian mengenai
teori objek dan
metode verstehen weber
memiliki pandangan bahwa
sosiologi adalah ilmu
yang bermaksud memahami
tindakan sosial dengan
jalan menginterpretasikannya
dan menjelaskan menurut
sebabnya. Penginterpretasian itu berhubungan dengan
arti subyektif dari
tindakan sosial.
Sedangkan mengenai
teori objek dan
metode tipe ideal
disini weber menjelaskan
tentang ilmu pengetahuan .
weber menjelaskan bahwa
Ilmu pengetahuan adalah
pengaturan kenyataan
empiris dengan jalan
berfikir. Suatu tipe
ideal diperoleh dengan
penekanan sepihak kepada satu
atau beberapa
titik pandangan dan
dengan penggabungan sejumlah gejala terpisah-pisah yang
berbeda satu sama
lain. Tipe ideal
adalah suatu alat
bantu. Tipe itu menciptkan
ketertiban di dalam
gejala-gejala dan orang
juga dapat membandingkan kenyataan
empiris secara sistematis
terhadap sebuah kenyataan. Inilah beberapa
pandangan weber yang
disumbangkan untuk ilmu
sosiologi.
Literatur:
Becker, Gary.S., 2007. Economic
Theory. New Jersey:Transaction Publishers.
No comments:
Post a Comment