RETORIKA BUNG KARNO |
Alangkah
nyamannya mendengarkan kata-kata yang begitu indah yang diucapkan oleh
orang-orang yang pandai beretorika. Akan tetapi, tidak semua orang bisa
beretorika. Penyebab dari hal itu, tentu dikarenakan tidak tahu bagaimana
beretorika yang baik dan benar.
Namun, untung
bagi masyarakat awam, karena mereka yang tidak tahu beretorika. Tapi,
bagaimana dengan para siswa, mahasiswa, para pegawai dan pemimpin yang
lainnya. Apabila retorika yang tidak ada, sungguh memalukan sekali. Mungkin ada
peristiwa yang kita lihat, kebanyakkan orang yang ingin meluahkan maksud dari
hatinya melalui lisan, tetapi sudah untuk mengunkapkan dengan baik dan benar.
Sehingga akibatnya jadi bertele-tele.
Contohnya,
diperkuliahan. Rata-rata mahasiswa itu banyak yang tidak lancar berbicara. Dan
mungkin saja mereka tidak pernah belajar bagaimana cara beretorika yang baik
dan benar. Apalagi pada perguruan tinggi Islam, para mahasiswa akan menjadi
da’i, yang akan berceremaha di depan juta mata umat muslim. Tetapi, apabila
tidak pandai beretorika, tentunya ini tidak jadi menarik, meskipun isi
dakwahnya menarik, tapi dari segi penyampaiannya kacau. Dan alangkah bagusnya
retorika itu diajarkan diseluruh fakultas, maupun jurusan.
Untuk itu perlu
rasanya kita tahu, apa itu retorika. Retorika adalah suatu gaya atau seni
berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (Talenta) dan keterampilan
teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik,
yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini
bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan fikiran yang jelas dan
tampa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara
singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang
kuat , daya kreasi dan fantasi yang tinggi ,teknik pengungkapan yang tepat dan
daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Ber-retorika juga harus dapat
dipertanggung jawabakan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai
dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.
Titik tolak
retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat
kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(misalnya memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah
satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan setua umur
bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan ini muncul, ketika manusia mengucapkan
dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.
Retorika modern adalah gabungan
yang serasi antara pengetahuan, fikiran , kesenian dan kesanggupan berbicara.
Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang
tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata –
kata yang tepat, benar dan mengesankan . ini berarti orang harus dapat
berbicara jelas, singkat dan efektif . jelas supaya mudah dimengerti; singkat
untuk menghemat waktu dan sebagai tanda kepintaran ; dan efektif karena apa
gunanya berbicara kalau tidak membawa efek ? dalam konteks ini sebuah pepatah
cina mengatakan ,”orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang
baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai
bicara.”
Retorika mulai dikenal pada
tahun 465 SM, ketika Corax menulis makalah bejudul Techne Lagon (Seni
kata-kata). Pada waktu itu seni berbicara atau llmu berbicara hanya digunakan
untuk membela diri dan mempengaruhi orang lain. Membela diri di pengadilan
ketika orang lain mengambil tanah atau mengakui tanahnya karena waktu itu belum
ada sertifikat tanah. Membela diri ketika seseorang, katakanlah orang kaya raya
dituduh mengorbankan kehormatannya dengan hanya mencari setandan pisang di
kebun dan sebagainya. Singkat retorika atau ilmu komunikasi pada waktu itu
hanya digunakan untuk membela diri yang berhubungan dengan kepentingan sesaat
dan praktis.
Sementara
untuk mempengaruhi orang lain, menurut Aristoteles ada 3 cara yaitu : Pertama.
Harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang
luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat yang disebut
“ethos.” Kedua. Harus dapat menyentuh hati khalayak, perasaan, emosi,
harapan, kebencian dan kasih sayang yang disebut “phatos.” Ketiga.
Meyakinkan khalayak dengan bukti yang kelihatan, yang disebur “logos.” Keempat.
Dari sejarah singkat perkembangan retorika atau ilmu komunikasi klasik yang
patut kita catat yakni mengenai tahap penyusunan pidato karya Aristoteles yang
sampai sekarang masih terus dipakai, adalah penentuan tema, penyusunan, gaya,
memori dan penyampaian.
·
Prinsip-Prinsip
Dasar Retorika
Retorika atau
ilmu komunikasi adalah cra pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada
suatu pengetahuan atau metode y ang teratur atau baik. Berpidato, ceramah,
khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam
bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja
tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang
digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang
meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
Oleh karena itu
suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan
lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Suatu komunikasi akan
tetap bertitik tolak dari beberapa macam prinsip.
Prinsip-prinsip
dasar itu adalah sebagai berikut : Pertama. Penguasaan secara aktif
sejumlah besar kosakata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata
yang dikuasai secara aktif semakin besar kemampuan memilih kata-kata yang tepat
dan sesuai untuk menyampaikan pikiran. Kedua. Penguasaan secara aktif
kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan
bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda. Ketiga.
Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya
yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhtian pendengar dan lebih memudahkan
penyampaian pikiran pembicara. Keempat. Memiliki kemampuan penalaran
yang baik sehingga pikiran pembicara dapat disajikan dalam suatu urutan yang
teratur dan logis.
Urgensi Ilmu
Komunikasi atau Retorika Bagi Calon Pemimpin
Setiap calon selain ia harus berwawasan luas juga dituntut harus mempunyai
keterampilan berkomunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat
diperoleh melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa
latihan, kepasihan berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu,
calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.Pengetahuan
tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermangaat bagi mereka yang sudah
tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tarap belajar.
Bagi golongan
pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan,
menyempurnakan atau mengembangkan keterampilan berbicara atau pidato yang sudah
dimilikinya. Bagi golongan kedua yakni calon pemimpin. Hal itu sangat baik
dipahami dan diapalikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang
selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar.
No comments:
Post a Comment